Selasa, 22 April 2008

TUGAS 2
MAHASISWA BK (SEMESTER IV FITK BI UIN JAKARTA)
Instrumen wawancara/daftar pertanyaan
1. Bagaimana seorang guru memotivasi siswa untuk belajar dengan baik?
Apakah tugas yang diberikan guru dapat mendorong siswa untuk belajar?
2. Bagaimana seorang guru memberikan tips pada siswa untuk mengolah dan mengembangkan potensi yang dimilikinya?
3. Bagaimana seorang guru memberikan arahan terhadap pengaruh lingkungan belajar siswa?
4. Apa cara-cara seorang guru untuk menghargai dan mengarahkannya kearah yang positif bagi siswa?

Teori belajar
1. Teori belajar behaviorisme
Pendiri psikologi behaviorisme di Amerika Serikat adalah John B. Watson yang lahir di Greenville, tanggal 9 Januari 1878. Karya terpentingnya adalah psychology as the behaviorisme views it (1913). Bagi Watson dan aliran behaviorisme pada umumnya, kesadaran kejiwaan itu berhubungn dengn keadaan gerakan otot-otot dan aktivitas kelenjar-kelenjar otak. Untuk itu yang perlu diteliti bukan kesadaran kejiwaan itu sendiri, namun keadaan normal tidaknya otot-otot dan syaraf-syaraf tertentu, sebab keadaan anatomi tubuh inilah yang menentukan ekspresi kejiwaan. Misalnya ketegangan otot-otot dan saraf-saraf tertentu akan melahirkan sikap emosional seperti marah, sedih dan sebagainya.
Aliran ini disebut sebagai psikologi “S-R” (stimulus-respons), sebab menurut penganut-penganut aliran ini, proses-proses psikologi selalu dimulai dengan adanya rangsangan (stimulus) dan diakhiri dengan suatu reaksi (respons) atas rangsangan itu. Maka fenomena yang diamati menjadi jelas dan terukur.
Pandangan aliran behaviorisme:
Psikologi mempelajari kejadian-kejadian empirik yang memberikan rangsangan atau stimulus yang menimbulkan sebuah prilaku dengan diamati sebagai tanggapan atau respons
Pola prilaku, kemampuan, sifat : seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dibandingkan dengan faktor keturunan
Metode introkpeksi sebaiknya ditinggalkan dan digantikan dengan metode objektif seperti eksperimen, observasi dan tes yang berulang-ulang
Psikologi sebagai sebuah sains memiliki kemampuan mendeskripsikan bentuk-bentuk prilaku dan mampu membuat ramalan dengan memberikan rekomendasi pengendalian prilaku sehari-hari sebagai rekomendasi pribadi maupun kelembagaan
Dilakukan penelitian tentang pola prilaku mahluk lain, selain manusia untuk menemukan pola-pola tingkah laku yang sederhana dan menjadi bahan perbandingan bagi pola tindakan manusia yang sedemikian kompleks.
Aliran ini memberikan pengaruh yang luas baik pada perkembangan psikologi sebagai sebuah sains baru, maupun sebagai alat analisis yang dapat menyentuh sejumlah kejadian yang akrab dengan kehidupan sehari-hari, pengaruh terbesar aliran ini cukup terlihat dalam ilmu pendidikan dan psikoterapi yaitu keberhasilan proses pendidikan sebagai sebuah proses yang menentukan bagi perkembangan tingkah laku peserta didik amat ditentukan oleh lingkungan belajar dimana peserta didik belajar. Psikoterapi mental seseorang dikatakan berhasil jika sipasien memperoleh lingkungan yang memadai bagi proses pemulihan kesehatan mentalnya.
2. Teori belajar kognitif atau teori pemprosesan informasi
Aspek-aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap sensory motor, pre operational, concrete operational dan formal operational. Menurut piaget, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran:
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, guru mengajat dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus memberikan anak agar dapat berinteraksi dengan linkungan sebaik-baiknya
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
Dari dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-teman
3. Teori belajar gestalt
Kata gestalt diambil dari kata Jerman yang secara harfiah berarti “bentuk” atau “pola umum”. Sesuai dengan namanya, para psikologi gestalt yakin bahwa pengalaman seseorang mempunyai struktur umum atau memiliki kesatuan kualitas tertentu. Aliran diumumkan pertama kali oleh max Wertheimer (1880-1943) yang kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh lainnya seperti kurt koffka (1886-1941) dan wolfgang kohler (1887-1967).
Teori yang mereka ajukan adalah bahwa dalam pengamatan atau persepsi suatu situasi rangsangan ditangkap sebagai suatu keseluruhan. Jadi, persepsi bukanlah penjumlahan rangsangan-rangsangan kecil (detail) yang ditangkap oleh alat-alat indra, melainkan merupakan keseluruhan dari detail-detail tadi. Bagi mereka jiwa sebenarnya merupakan suatu bentuk keseluruhan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, bukan sebagai materi dapat dipecah-pecah menjadi komponen-komponen kecil. Implikasi yang penting dari pandangan dan fokus kajian aliran gestalt adalah selain berupaya menemukan prinsip dasar pengamatan kepribadian dan problem solving.
4. Teori belajar alternatif konstruktivisme
Konstruktivisme suatu penjelasan bagaimana pelajar belajar dan membina pemahaman yang bermakna tentang alam sekeliling mereka. Teori konstruktivisme adalah teori belajar yang berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi melalui suatu proses membangun pengetahuan dari diri siswa, yang umumnya dipengaruhi oleh pengajar materi ajar dan siswa itu sendiri.

Teori Jean Piaget bersifat konstruktivisme kognitif:
- Sensorimotor (0-2 tahun)
- Pre-operatioan (3-7 tahun)
- Concrete operation (8-11 tahun)
- Formal operation (12-15 tahun)
Teori Jerome Bruner bersifat proses sosial yang aktif:
Pelajar bina idea atau konsep baru berdasarkan pengetahuan yang lalu dan sedia ada. Pelajar pilih maklumat, bina hipotesis dan buat keputusan dalam proses mengintegrasikan dan menyusun pengalaman mereka kedalam sruktur mental yang sedia ada.
Teori Ausubel:
Melihat pembelajaran bermakna berlaku tidak semestinya secara pembelajaran penemuan tetapi lebih kepada pembelajaran ekspositosi. Pelajar belajar secara proses deduktif yaitu membina konstruktivisme secara menyusun maklumat dari pada keseluruhan kepada spesifik.
Prinsisp-prinsip konstruktivisme:
- Pengetahuan dibina secara aktif oleh pelajar
- Pelajar bukan penerima pasif pengetahuan
- Pelajar pembina aktif (konstruk) struktur pengetahuan
- Pelajar mencoba membuat pemahaman tentang pengalaman baru mereka dan fenomena dengan cara membentuk / membina makna tentang perkara tersebut
Prinsip konstruktivisme. Pembelajaran dilihat sebagai:
- Pengubahan ide
- Pembinaan dan penerimaan idea baru
- Penstrukturan semula ide yang sudah tersedia
Pandangan konstruktivisme: Pelajar membina (membentuk idea baru dan bukan menerima idea tersebut dan pelajar menjalankan secara aktif makna dari pada setiap satu pengalaman yang dilalui
Psikologi pendidikan

2. Proses psikologi yang berpengaruh pada proses belajar: “motivasi”
a. Perasaan
Perasaan adalah keadaan sesaat pada individu yang muncul ketika terpadu secara pribadi dengan situasi yang ditempatinya. Oleh karena itu, seoarang guru harus bisa mengkondisikan perasan dalam proses belajar mengajar.
b. Ingatan
Ingatan adalah suatu gejala chemis, maka berarti harus kita masukkan juga dalam hubungan. Ini apa yang disebut: fungsi sekunder, yaitu bahwa tiap moment/peristwa yang disadari setelah tenggelam ke bawah sadar, tidaklah segera hilang pengaruhnya, melainkan masih mengesankan kerja kelanjutan. Oleh karena itu, seorang guru harus mengajarkan sesuatu yang berkesan pada siswanya dan mejadi dorongan pada diri siswa.
c. Fantasi
Fantasi adalah suatu daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada pada diri kita. Jadi ciri khas dari gejala jiwa ini adalah unsur menciptakan sesuatu yang baru dalam jiwa. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa menyiasati dan memberikan peluang siswa agar bisa menciptakan sesuatu yang baru dalam proses belajar.
d. Perhatian
Perhatian yaitu mempunyai tugas selektif terhadap rangsangan-rangsangan yang mengenai/sampai kepada individu. Peranan perhatian sangat penting dalam cara manusia bertingkah laku terhadap lingkungannya. Dengan perhatian kita dapat memilih rangsang-rangsang yang berguna atau kita perlukan. Sehingga melalui perhatian maka aktivitas kita dalam milieu bersifat selektif. Oleh karena itu, seorang guru harus selektif dalam memberikan pelajaran pada siswa dengan perhatian mengenai perhatian yang diberikan.
e. Pengamatan
Pengamatan adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indranya. Dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia atau individu mengenali milieu hidupnya. Oleh karena itu, seorang guru harus mengenali cara belajar siswa dengan memberikan rangsangan melalui alat-alat indranya.
f. Tanggapan
Tanggapan adalah bayangan atau kesan kenangan dari pada apa yang pernah kita amati atau kenali. Oleh karena itu, seorang guru bisa memberikan tanggapan mengenai proses cara belajar siswa yang diamati.


3. Psikologi pendidikan menurut William James
William James, pelopor keilmuan psikologi dari Amerika Serikat, menyatakan setiap individu tentu memahami terminologi atensi. Pengendalian pikiran (mind) pada satu pemikiran (thought) secara jelas dan jernih, dari sekian banyak ragam pemikiran yang dapat terjadi secara simultan. Intinya adalah pemusatan atau konsentrasi kesadaran. Hal ini mengimplikasikan penarikan perhatian dari suatu hal, untuk menangani hal lain secara efektif (James 1890: 403-404). Studi tentang pemilihan pemrosesan informasi, penarikan atensi dari beragam hal guna memperhatikan hal lain secara lebih efektif, juga diuraikan pada referensi "Perception and Communication" yang ditulis pada tahun 1958 oleh D. E. Broadbent. Secara umum, kebanyakan riset mengenai hal ini dapat dikelompokan sebagai riset tentang "atensi", walaupun berbagai permasalahan yang berkenaan dengan pemrosesan informasi selektif tentu tidak selalu dapat diidentikan dengan pemikiran pribadi William James tentang kesadaran selektif.
Bahkan pada kenyataannya banyak aspek dari selektifitas berkenaan dengan pengorganisasian suatu aktifitas yang difokuskan. Di setiap saat, individu secara aktif berusaha mencapai satu dari berbagai tujuan. Beberapa aktifitas, dibandingkan yang lainnya, dapat lebih mendekatkannya pada pencapaian tujuan. Sebagian dari input sensorik relevan dan perlu dievaluasi lebih lanjut. Kondisi umum seperti siaga atau mengantuk juga dapat dianggap sebagai aspek "atensi". Pada “Perception dan Communication”, suatu alat tertentu digunakan untuk meneliti berbagai fenomena; pendengaran selektif, menurunnya performa karena durasi kerja yang lama, kerusakan karena suara yang keras dan lainnya. Temuan ini kemudian diperkuat lagi pada referensi "Decision and Stress" masih dari D. E. Broadbent, 1971.
Persepsi selektif pada beragam modalitas (pengindraan) telah diteliti secara seksama dalam periode belakangan. Eksperimen berkenaan dengan pendengaran selektif yang dilakukan pada dekade 1950-an berkenaan dengan partisipan mendengarkan dua pesan berbeda secara simultan. Beragam eksperimen ini merefleksikan beberapa hal; (1) indikasi kapasitas manusia yang terbatas, partisipan sering kali tidak mampu mengidentifikasi dua pesan pada saat bersamaan, (2) indikasi kondisi pemilihan efektif: partisipan mampu mengidentifikasi satu pesan dan mengabaikan pesan lainnya, ketika terdapat perbedaan karakteristik fisikal; seperti lokasi, intensitas atau warna suara. Namun kemampuan ini tidak muncul ketika kedua pesan hanya berbeda pada segi konten, (3) indikasi konsekuensi dari seleksi efisien: individu mendengarkan satu pesan dan mengabaikan pesan yang lain mampu melaporkan karakteristik paling mendasar dari pesan yang diabaikan; contohnya ketika perkataan diubah menjadi nada. Namun kembali lagi gagal membedakan apakah perkataan yang disampaikan akrab di telinga atau tidak.
Ketiga indikasi tersebut telah memiliki studi lanjutan. Referensi dari Treisman dan Davies 1973 berkenaan dengan keterbatasan kapasitas persepsi adalah salah satunya. Eksperimen menggunakan perpaduan stimulus, visual dan audio, menunjukan bahwa batas utama persepsi simultan, sangat terkait dengan keunikan modalitas: stimulus visual dan audio yang terjadi saat bersamaan dapat diidentifikasi lebih baik dibandingkan dua stimulus dengan modalitas yang sama (visual dan visual / audio dan audio). Berkenaan dengan pengendalian pemilihan stimulus, terdapat pula eksperimen yang menunjukan pengaruh gabungan dari pendekatan atas-bawah (terkait aktifitas) dan bawah-atas (terkait stimulus). Pendekatan atas-bawah terjadi ketika individu diintruksikan untuk memperhatikan hanya pada objek di bagian tertentu dari modalitas visual (pemilihan didasarkan pada lokasi), objek yang memiliki warna tertentu atau karakteristik lainnya (pemilihan didasarkan pada karakteristik) atau objek yang memiliki kategori tertentu (contohnya huruf dibandingkan angka) (von Wright 1968). Pemilihan berdasar lokasi (perhatian spasial) telah dipelajari secara seksama oleh (Posner, 1978). Terlepas dari aktifitas atau instruksi, faktor dari stimulus seperti intensitas (Broadbent, 1958) atau kemunculan secara mendadak (Jonides dan Yantis, 1988), juga mempengaruhi pemilihan stimulus. Pelatihan yang intensif berkenaan dengan stimulus tertentu, memudahkan pemilihan persepsi (Moray, 1959). Banyak program didesain untuk melatih pemilihan stimulus yang secara umum melatih daya konsentrasi misalnya Prima Focus, program pelatihan yang didesain oleh Prima Study - Education, Training & Consultancy. Adapun salah seorang fasilitator utama dari program ini adalah Yovan P. Putra.
Berkenaan dengan hasil dari pemilihan efektif, eksperimen telah menguraikan berbagai hal yang berbeda pada pemrosesan stimulus, baik yang diperhatikan maupun yang diabaikan. Seringkali, sangat sedikit yang dapat diingat secara eksplisit oleh individu berkenaan dengan stimulus yang diinstruksikan untuk diabaikan, walaupun stimulus tersebut sangat jelas terdengar atau terlihat (Wolford dan Morrison 1980). Sebaliknya, pengukuran tidak langsung mengindikasikan keberadaan pemrosesan bawah sadar (non-conscious processing) atau tersembunyi; contohnya kata yang diabaikan yang sebelumnya diasosiasikan dengan kejutan, menghasilkan Galvanic Skin Response, walaupun partisipan gagal menyadari keberadaannya (Corteen dan Dunn 1974). Karakteristik dan durasi dari pemrosesan implisit dari informasi yang tidak diperhatikan masih menjadi topik perdebatan, seperti yang diindikasikan pada fenomena memori implisit atau eksplisit.
Berbagai penelitian di atas memunculkan beragam pertanyaan berkenaan dengan pemrosesan selektif, misalnya pertanyaan mengenai atensi yang terbagi (divided attention); seberapa banyak pembagian yang dapat dilakukan pada satu saat. Pertanyaan lainnya berkenaan dengan atensi selektif (selective attention); seberapa efisiennya stimulus yang diinginkan dapat diproses dan stimulus yang tidak diinginkan dapat diabaikan. Berbagai eksperimen tersebut memberikan pengukuran terhadap penciptaan prioritas selektif (selective priority) berkenaan dengan format atensi dan pengubahan (switching). Sebagai tambahan, terdapat pula atensi penunjang (sustained attention), kemampuan mempertahankan satu pemrosesan selama durasi tertentu, seperti yang ditunjukan pada fenomena meditasi yang dilakukan para yogi atau praktisi spriritualisme lainnya.
Tinjauan keilmuan neurobiology dari atensi visual merupakan topik penelitian yang sangat menarik. Pada otak primata, informasi visual didistribusikan pada jejaring yang berkenaan dengan area kortikal, yang bertanggung jawab terhadap pemisahan fungsi visual dan berkenaan pula dengan sebagian dari dimensi visual seperti bentuk, gerakan dan warna (Desimone dan Ungerleider 1989). Secara keseluruhan "daerah visual" melingkupi secara umum daerah tertentu dari bagian serebral belakang (posterior cerebral hemisphere). Perekaman pada sel tunggal di beberapa area visual kera menunjukan respon yang lemah atau diminimalkan terhadap stimulus yang mana didisain untuk diabaikan (Moran dan Desimone 1985). Pengukuran aktifitas elektrik keseluruhan pada otak manusia dan perubahan yang terhubung pada aliran darah di serebral lokal, juga mengindikasikan respon yang lebih besar pada stimulus yang diperhatikan dibandingkan pada stimulus yang diabaikan (Heinze et al. 1994). Kerusakan pada satu bagian otak melemahkan representasi dari stimulus pada bagian yang berlawanan dengan medan pengelihatan. Fenomena tersebut dapat dideteksi ketika masing-masing stimulus disajikan secara terpisah, namun tidak terdeteksi ketika stimulus disajikan bersamaan (Bender 1952). Seluruh hasil ini menunjukan bahwa input visual secara bersamaan saling bersaing mendapat representasi di jejaring area visual (Desimone dan Duncan 1995). Stimulus yang diperhatikan direpresentasikan lebih kuat, sementara stimulus yang tidak diinginkan respon terhadapnya ditekan.
Tambahan selain persepsi selektif adalah aktifasi selektif atas tujuan atau komponen dari rencana kerja. Kembali lagi, di sini juga kesalahan mengindikasikan adanya keterbatasan kapasitas atau kesulitan mengorganisasi dua jenis pemikiran atau aktifitas secara simultan. Setiap saat, kekeliruan aktifitas, seperti pergi ke dapur ketika individu ingin mandi atau mengambil piring ketika individu ingin minum, dapat terjadi ketika pikiran didominasi oleh pemikiran lain (Reason dan Mycielska 1982). Kembali lagi, peran latihan sangat penting untuk mengatasi hal ini. Walaupun tidak dimungkinkan untuk mengorganisasi dua aktifitas yang tidak akrab (familiar) pada saat bersamaan, aktifitas akrab nampaknya terjadi secara otomatis, membiarkan atensi dalam hal ini bebas untuk berkutat hal yang lain. Aktifitas akrab dapat terjadi tanpa disadari (involunteer) sehingga terkadang terjadi pada saat yang tidak tepat. Kembali lagi berbagai kekeliruan aktifitas memberikan ilustrasi yang sangat jelas seperti berjalan ke arah yang akrab padahal ingin menuju ke tempat yang berbeda atau mengambil kunci ketika berada di depan pintu rumah tetangga (James 1890). Secara klinis hal ini dikenal sebagai efek Stroop. J. R. Stroop pada tahun 1935 melakukan eksperimen dimana melibatkan partisipan menamai warna dari kata yang tertulis (umumnya kata yang tertulis merupakan nama warna seperti "merah", "kuning" dan lainnya). Pengidentifikasian warna dapat dipengaruhi oleh tendensi pembacaan kata yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya berkenaan dengan efek Stroop, perhatikan ilustrasi berikut. Hasil tersebut menunjukan suatu model di mana aktifitas yang memiliki tendensi konflik berkompetisi untuk aktifasi. Dengan pelatihan, seperti Prima Focus atau program lainnya, daya kompetisi suatu aktifitas dapat lebih ditingkatkan, misalnya kemampuan memfokuskan pada pembacaan buku sementara mengabaikan suara bising di sekitar.

Ilustrasi Efek Stoop (2)
Prilaku yang tidak teratur dan kekeliruan aktifitas dapat terjadi sering kali ketika terdapat kerusakan pada lobus frontal (frontal lobes) otak seperti yang diungkapkan oleh Alexander Luria, seorang psikolog Rusia, pada tahun 1966. Kekacauan dapat berwujud dalam berbagai bentuk; aktifitas pengusik yang tidak relevan dengan aktifitas yang sedang dilakukan, pengulangan yang intensif dari aktifitas pengusik, pemilihan yang tidak biasa, seperti yang dicontohkan oleh aktifitas pergi ke dapur ketika individu yang bersangkutan sebenarnya ingin mandi. Pertanyaan yang masih belum terjawab adalah bagaimana pemilihan aktifitas dapat berkembang dari gabungan aktifitas pada berbagai sistem lobus frontal (frontal lobes).
Pada beberapa kasus, tentunya, dapat dikatakan berbagai aspek atensi terpisah antara satu dengan yang lainnya. Contohnya, seperti yang telah didokumentasikan mengani berbagai bentuk kompetisi yang nyata atau interferensi satu aktifitas oleh aktifitas yang lainnya. Hal ini meliputi pula kompetisi pemahaman pada modalitas spesifik, respon yang terkait dengan penyebab dan representasi mental yang serupa (misal dua representasi spasial atau verbal, seperti yang diungkapkan oleh A. Baddeley 1986); walaupun terdapat pula penyebab umum dari interfensi bahkan pada aktifitas yang tidak serupa, seperti yang ditulis oleh Bourke, Duncan dan Nimmo-Smith pada tahun 1996. Setiap aspek dari kompetisi merefleksikan cara yang unik dari sistem saraf dalam memilih satu proses mental dibandingkan yang lain.
Pada saat yang bersamaan, selektifitas di berbagai domain mental perlu sepenuhnya terintegrasi guna melakukan aktifitas yang bertujuan dan koheren (Duncan 1996). Terdapat pula suatu bentuk fungsi "eksekutif" mental yang mengambil alih kendali pengkoordinasian aktifitas mental, seperti yang diungkapkan oleh A. Baddeley, 1986; misalnya untuk menjamin bahwa tujuan yang sebenarnya, aksi dan pemahaan input terintegrasikan bersama. Dengan kata lain ketika anda membaca buku, tujuan untuk memahami isi buku, aktifitas pembacaan dan pemahaman yang didapatkan terintegrasi secara sempurna. Penngintegrasian ini perlu dilakukan semenarik mungkin sehingga pikiran memprioritaskan perhatian, mungkin melalui suatu pengaturan yang unik. Melalui analogi model "relaksasi" dari berbagai proses mental (McCleland dan Rumelhart 1981), material terpilih pada satu domain mental (contohnya tujuan aktif, pemahaman input, material dari memori) dapat mendukung pemilihan material pada domain lain. Deskripsi pendekatan atas-bawah yang disajikan sebelumnya, sebagai contohnya, mengimplikasikan bahwa tujuan mengendalikan pemilihan pemahaman; serupa dengan tujuan aktif dapat dibalikkan oleh input pemahaman baru, seperti ketika telepon berbunyi atau teman melintas di jalan. Pendekatan manapun yang diambil, aspek sentral dari "atensi" merupakan hal yang berkenaan dengan koordinasi mental.

Selasa, 01 April 2008

Permasalahan yang Terjadi pada Anak SMP Kelas VIII

Sub tugas perkembangan: Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi


Bidang Bimbingan: Bimbingan Belajar


Rumusan Kompetensi:

  • Memahami pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri dalam kegiatan belajar

  • Mampu mewujudkan pengaruh positif dari gambaran tentang kehidupan mandiri dalam kegiatan belajar


Materi Perkembangan Kompetensi:

  • Pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri dalam kegiatan belajar

  • Cara-cara mewujudkan pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri dalam kegiatan belajar sosial ekonomi.


Permasalahan yang terjadi pada diri siswa yaitu siswa belum bisa mandiri dalam kegiatan belajar, siswa masih sangat bergantung pada gurunya. Sehingga dikhwatirkan siswa lebih condong kearah negatif karena siswa belum matang untuk memahami kehidupan.

Kemandirian adalah langkah awal untuk menuju kesuksesan, karena dengan adanya kehidupan yang mandiri siswa dapat belajar bagaimana cara bertanggung jawab, disiplin dan penyesuaian diri. Dengan begitu, siswa bisa mengetahui kehidupan yang mandiri secara baik.

Pada umumnya, siswa SMP masih tergolong anak-anak yang remaja. Kemanjaan itu bisa disiasati dengan memberikan tanggung jawab, misalkanya memberikan tugas pada anak-anak, disiplin dalam belajar dan tepat waktu, dan mengkondisikan diri dengan teman-temanya.

Jika kemandirian sudah muncul dalam diri siswa kita bisa memberikan solusi bahwa siswa itu bisa mengikuti kegiatan belajar dengan baik.