Selasa, 25 Maret 2008

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA


Masa Remaja

Masa remaja (Adolesense) adalah tumbuh atau menjadi dewasa. Remaja berlangsung kira-kira sejak umur 15/16 atau 17 tahun dan berakhir pada saat individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam rentangan kehidupan. masa ini dikenal sebagai periode peralihan, dimana individu mencari identitas atau sering juga disebut sebagai masa tidak realistis dan masa ambang dewasa. Akibat perubahan dan peralihan, remaja bersikap ambivalen yaitu disuatu pihak ingin diperlakukan sebagai anak kecil, namun di pihak lain ingin diperlakukan dan dakui sebagai orang dewasa meski segala kebutuhan masih minta dipenuhi oleh orangtuanya sebagaimana halnya anak kecil.

Perubahan yang bersifat universal yang terjadi pada remaja baik fisik, prilaku, sikap dan keadaan fisiknya:

  • Meningkatnya emosi yang biasanya berhubungan dengan perubahan fisik

  • Perubahan bentuk tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosialnya.

  • Dengan perubahan minat dan prilaku, maka nilai juga berubah. Apa yang dianggap penting pada masa kanak-kanak sudah tidak dianggap penting lagi.

  • Umumnya remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. mereka menuntut dan menginginkan kehebatan, tetapi pada saat yang bersamaan ia sering takut dengan risiko dan tanggung jawab yang harus dipikulnya.

Rata-rata indentifikasi yang agak universal menyangkut rentang waktu biasanya diidentifikasikan sebagai usia antara 13-18tahun. Sedangkan yang menyangkut kejadian-kejadian penting biasanya disepakati beberapa perubahan diantaranya:

  • Perkembangan aspek-aspek biologis

  • Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat dimana ia dibesarkan

  • Mendapatkan kebiasaan emosional dari orang tua dan orang dewasa

  • Berusaha mendapatkan pandangan hidup sendiri

  • Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri


Ciri-Ciri Masa Remaja

  • Masa remaja adalah salah satu periode yang penting dalam proses prubahan baik dalam pengertian pertumbuhan maupun perkembangan yang terjadi secara cepat

  • Masa remaja adalah periode peralihan dimana status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan

  • Masa remaja sebagai periode perubahan yaitu sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik

  • Masa remaja sebagai usia bermasalah

    • Sepanjang kanak-kanak masalahnya sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

    • Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bentuk orang tua dan guru-guru.

  • Masa remaja sebagai masa mencari identitas yaitu mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi jadi sama dengan teman-teman dalam segala hal

  • Masa remaja sebagai ambang masa dewasa yaitu remaja mulai memusatkan diri pada prilaku yang dihubungkan dengan status dewasa. Misalnya merokok, minum minuman keras menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.


Masa Remaja di Pedesaan dan Perkotaan

Masa remaja dipedesaan cenderung lebih sangat singkat jika dibandingkan dengan masa remaja di perkotaan. Remaja dipedesaan cenderung lebih banyak menghabiskan masa remajanya untuk mencari uang. Remaja terkadang diharuskan untuk menikah pada usia muda, bahkan dibawah umur. Orang tua mereka beranggapan apabila anak gadisnya sudah menikah, berarti akan mengurangi beban yang harus ditanggung.

Lain halnya dengan negara-negara yang sudah maju dan kota-kota, anak-anak sampai umur 21 tahun masih belum diberi taggungjawab dan kewajiban seperti orang dewasa. Mereka dianggap masih perlu ditolong, dibimbing, dan dibina. Mereka masih mempersiapkan diri untuk menempuh masa dewasa, masa bertarung, dan berlomba mencari kehidupan yang menyenangkan.

Masalah-Masalah dan Gangguan-Ganguan Remaja

Obat-obatan dan alkohol

Amerika serikat memiliki tingkat remaja pengguna obat-obatan tertinggi dibandingkan dengan semua negara industri maju. Tahun 1960-an dan tahun 1970-an adalah suatu masa yang ditandai dengan meningkatnya penggunaan obat-obatan oleh remaja. Sejak pertengahan tahun 1980-an telah timbul kecendrungan penurunan yang kecil dalam penggunaan obat-obatan dikalangan remaja, tetapi pada awal tahun 1990-an tercatat suatu kecendrungan peningkatan dalam penggunaan obat-obatan. Alkohol adalah obat-obatan yang paling banyak digunakan oleh para remaja. Alkohol yang disalahgunakan oleh para remaja merupakan suatu masalah. Minuman-minuman keras merupakan hal yang umum. Kokain adalah obat yang sangat controversial. Penggunaannya oleh anak-anak sekolah menengah atas pertama kali menurun dalam kurun waktu 8 tahun 1987, suatu kecenderunagn yang terus berlanjut. Perkembangan orang tua, teman-teman sebaya, dan penggunaan obat-obatan oleh para remaja.

Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja mengacu kepada suatu rentan perilaku yang luas, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial kepelanggaran status hingga tindakan-tindakan kriminal. Untuk kepentingan hukum, suatu perbedaan dibuat antara pelanggaran indeks (seperti tindakan-tindakan kriminal terlepas apakah dilakukan oleh remaja atau orang dewasa) dan pelanggaran status (dilakukan oleh pemuda di bawah usia tertentu). Faktor yang mendorong kenakalan meliputi identitas negatif, derajat pengendalian diri, awal mula kenakalan, jenis kelamin laki-laki, harapan-harapan yang rendah pada pendidikan dan komitmen rendah terhadap pendidikan, kuatnya pengaruh teman sebaya dan rendahnya penolakan terhadap tekanan teman sebaya, kegagalan orang tua untuk memantau anak remaja mereka secara memadai, disiplin yang tidak efektif oleh orang tua, dan hidup di suatu lingkungan kota, yang angka kriminalitasnya tinggi, dengan mobilitas yang tinggi.

Bunuh Diri

Angka bunuh diri meningkat. Dimulai kira-kira pada usia 15 tahun, angka bunuh diri meningkat secara dramatis. Faktor-faktor proksimal dan distal terlibat dalam sebab-sebab bunuh diri.


Perubahan pada Diri Remaja dalam Beberapa Dimensi

  • Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

  • Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.

  • Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka. Misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya.

  • Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini suasana hati bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Chiskszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari suasana hati “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan suasana hati yang drastis pada para remaja seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah.


Sumber:

  1. Akyas Azhari Psikologi Umum dan Perkembangan, Teraju 2004.

  2. John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, Ciracar, Jakarta 13740.

  3. Www.e-psikologi.com/remaja/130802.htm.

Senin, 24 Maret 2008

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.

Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:

Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif

Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.

Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua

Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.

Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin

Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.

Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).

Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.

Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
  • Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
  • Emosinya tidak stabil
  • Perkembangan Seksual sangat menonjol
  • Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
  • Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
  • Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
    • Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya: Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi. Anak mulai bersikap kritis
    • Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
      Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
      Memperhatikan penampilan
      Sikapnya tidak menentu/plin-plan
      Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
    • Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
      Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
      Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
  • Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:

Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis mulai menyadari akan realitas sikapnya mulai jelas tentang hidup mulai nampak bakat dan minatnya. Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.

Selasa, 18 Maret 2008

silabus smp

SILABUS PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS KOMPETENSI Jenjang Sekolah : SLTP Sub Tugas Perkembangan : 3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria atau wanita. Bidang Bimbingan Rumusan Kompetensi Materi Pengembangan Kompetensi Kelas Kegiatan Layanan Kegiatan Pendukung Penilaian Keterangan1. Memahami peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita Contoh-contoh peran peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita 2. Menerima peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita. Contoh-contoh penerimaan peran pribadi sebagai pria atau wanita dalam kelompok sebaya tanpa membedakan teman pria atau wanita pada posisi tertentu Bimbingan PRIBADI 3. Menjalankan peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita Praktik menjalankan peran pribadi dalam kelompok sebaya tanpa membedakan peran pria atau wanita pada posisi tertentu Bimbingan Konseling/Silabus SLTP 6
1 2 3 4 5 6 7 8 1. Memahami pola hubungan sosial dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita. Contoh-contoh pola hubungan sosial dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria atau wanita Bimbingan SOSIAL 2. Mampu menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya sesuai perannya sebagai pria atau wanita 1. Contoh-contoh pola hubungan sosial dengan teman sebaya tanpa membedakan peran pria atau wanita pada posisi tertentu 2. Praktik menjalankan pola hubungan sosial dengan teman sebaya tanpa membedakan peran pria atau wanita pada posisi tertentu Bimbingan Konseling/Silabus SLTP 7
1 2 3 4 5 6 7 8 1. Memahami pengaruh hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar. Contoh-contoh pengaruh hubungan teman sebaga terhadap kegiatan belajar baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif Bimbingan BELAJAR 2. Mewujudkan pengaruh postif dan menghindari pengaruh yang negatif dari hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar. 1. cara-cara dan praktik pengembangan pengaruh positif hubungan teman sebaya terhadap gegiatan belajar 2. Cara-cara dan praktik menghindari dan mengatasi pengaruh negatif hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar 1. Memanfaatkan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir. 1. Contoh-contoh kemanfaatan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir 2. Praktik memanfaatan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir Bimbingan KARIR 2. Memahami bahwa baik pria wanita mempunyai kedudukan yang sama dalam bekerja dan mengembangkan karir. Konsep persamaan jender dalam pilihan dan pengembangan karir Bimbingan Konseling/Silabus SLTP 8

Minggu, 09 Maret 2008

perkembangan remaja

Jumat, 15 Nopember 2002
Memahami Aspek-aspek Penting Perkembangan Remaja
Dalam hidupnya, setiap manusia akan mengalami berbagai tahap perkembangan. Dan salah satu tahap perkembangan yang sering menjadi sorotan adalah ketika seseorang memasuki usia remaja. Betapa tidak? Usia remaja adalah gerbang menuju kedewasaan, jika dia berhasil melalui gerbang ini dengan baik, maka tantangan-tantangan di masa selanjutnya akan relatif mudah diatasi.

Begitupun sebaliknya, bila dia gagal maka pada tahap perkembangan berikutnya besar kemungkinan akan terjadi masalah pada dirinya. Oleh karena itu, agar perkembangannya berjalan dengan baik, setidaknya ada lima aspek penting yang harus dicermati, baik oleh orang tua, pendidik, maupun si remaja itu sendiri.

1. Kondisi fisik
Penampilan fisik merupakan aspek penting bagi remaja dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya mereka mempunyai standar-standar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka dambakan. Misalnya, standar cantik adalah berpostur tinggi, bertubuh langsing, dan berkulit putih.
Namun tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik seideal itu. Karenanya, remaja mesti belajar menerima dan memanfaatkan seperti apapun kondisi fisiknya dengan seefektif mungkin.

Remaja perlu menanamkan keyakinan bahwa keindahan lahiriah bukanlah makna yang sesungguhnya dari kecantikan. Kecantikan sejati justru bersumber dari hati nurani, akhlak, serta kepribadian yang baik. Seperti kata pepatah: Beauty is not in the face, beauty is a light in the heart (kecantikan bukan pada wajah, melainkan cahaya dari dalam hati). Bahkan dalam Islam, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk tubuhmu dan harta-hartamu, tetapi Allah melihat hati dan amal-amalmu." (HR Muslim)

2. Kebebasan emosional
Pada umumnya, remaja ingin memperoleh kebebasan emosional. Mereka ingin bebas melakukan apa saja yang mereka sukai. Tak heran, sebab dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, seorang remaja memang senantiasa berusaha agar pendapat atau pikiran-pikirannya diakui dan disejajarkan dengan orang dewasa, dalam kedudukannya yang bukan lagi sekadar objek.

Dengan demikian jika terjadi perbedaan pendapat antara anak dengan orang tua, maka pendekatan yang bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih bijaksana. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan membangun rasa saling pengertian, di mana masing-masing pihak berusaha memahami sudut pandang pihak lain.

Saling pengertian juga dapat dibangkitkan dengan bertukar pengalaman atau dengan melakukan beberapa aktivitas tertentu bersama-sama, di mana orang tua dapat menempatkan dirinya dalam situasi remaja, dan sebaliknya. Menurut Gordon, inti dari metode pemecahan konflik yang aman antara orang tua dan anak adalah dengan menjadi pendengar aktif.

3. Interaksi sosial
Kemampuan untuk melakukan interaksi sosial juga sangat penting dalam membentuk konsep diri yang positif, sehingga dia mampu melihat dirinya sebagai orang yang kompeten dan disenangi oleh lingkungannya. Dengan demikian, maka diharapkan dia dapat memiliki gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai dengan kenyataan (tidak dikurangi atau dilebih-lebihkan).

Menurut Abdul Halim Abu Syuqqah, dalam bukunya Kebebasan Wanita, pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua ekstrem, yakni terlalu sensitif (menutup diri) atau terlalu bebas. Konsep pergaulan semestinya lebih ditekankan kepada hal-hal positif, seperti untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan yang bermanfaat.

4. Pengetahuan terhadap kemampuan diri
Setiap kelebihan atau potensi yang ada dalam diri manusia sesungguhnya bersifat laten. Artinya, ia harus digali dan terus dirangsang agar keluar secara optimal. Dengan demikian, akan terlihat sejauh mana potensi yang ada dan di jalur mana potensi itu terkonsentrasi, untuk selanjutnya diperdalam hingga dapat melahirkan karya yang berarti.

Dengan mengetahui dan menerima kemampuan diri secara positif, maka seorang remaja diharapkan lebih mampu menentukan keputusan yang tepat terhadap apa yang akan ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan yang akan diikutinya.

5. Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama
William James, seorang psikolog yang mendalami psikologi agama mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas.

Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai suatu kebiasaan yang membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban, akan memiliki jiwa yang sakit (sick soul). Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah, murung serta tertekan.

Bagi keluarga Muslim, nampaknya harus mulai ditanamkan pemahaman bahwa di usianya si remaja sudah termasuk baligh. Artinya dia sudah taklif, atau bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban agama serta menanggung sendiri dosa-dosanya apabila melanggar kewajiban-kewajiban tersebut. Dengan pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai moral dan agama, maka lingkungan yang buruk tidak akan membuatnya menjadi buruk. Bahkan boleh jadi, si remaja sanggup proaktif mempengaruhi lingkungannya dengan frame religius.n dr/mqp
( )